19 Mei 2012


Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronik yang jumlah kasusnya terus mengalami peningkatan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Kini penyakit diabetes bukan lagi menjadi musuh orang dewasa, melainkan juga anak-anak.

Data penelitian unit kerja koordinasi endokrinologi anak di seluruh Indonesia yang pernah dirilis Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungn Kementerian Kesehatan pada awal Maret 2012 misalnya menunjukkan bahwa jumlah penyandang diabetes pada anak dan remaja di bawah 20 tahun tercatat 731 anak.

Sementara itu, Pusat Diabetes dan Nutrisi (PDN) RSU Dr Soetomo Surabaya pernah membuat estimasi bahwa pada 2009 ada sekitar 650.000 anak-anak di Indonesia mengidap DM dan mayoritasnya adalah DM tipe 2. Angka tersebut diperoleh berdasarkan perhitungan lima persen dari total 13 juta pengidap diabetes melitus dari semua kelompok usia pada 2009.

Sedangkan Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) memperkirakan, jumlah anak-anak penderita diabetes menunjukkan kecenderungan terus naik dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2011 lalu misalnya, setidaknya 65 anak diabetes yang tercatat, naik 400 persen dari tahun 2009. Dari jumlah itu, sebanyak 32 anak menderita diabetes tipe dua.

"Kita selalu berpikir bahwa diabetes pada anak pasti diabetes tipe 1. Tetapi sekarang, banyak anak yang terkena diabetes tipe 2 karena buruknya lifestyle (gaya hidup)," ujar dr. Dyah Purnamasari Sulistianingsih, Sp.PD dari Divisi Metabolik Endokrinologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dalam acara seminar media, Kamis, (10/5/2012), di Jakarta.

Dyah mengatakan, setiap orang yang tidak memiliki pola hidup sehat bisa terserang penyakit diabetes. Oleh karena itu, pola hidup sehat harus tetap dijaga dengan makan-makanan yang sehat dan olah raga secara teratur supaya kadar gula dapat terkontrol dan terhindar dari penyakit diabetes.

Beberapa studi menyebutkan bahwa, mengelola anak dengan diabetes tipe 2 umumnya lebih sulit dibandingkan pada orang dewasa. Kebanyakan kasus diabetes pada anak disebabkan karena masalah obesitas. Bila para orang tua tidak menyadari ancaman ini sejak dini, maka pengobatan bisa cenderung kurang efektif.

Mengapa tidak efektif? Karena pemberian obat-obatan diabetes pada anak biasanya akan lebih sulit ketimbang orang dewasa dikarenakan anak lebih sulit diatur, apalagi pemberiannya harus dilakukan terus menerus dalam jangka panjang.

"Perlu pendekatan secara psikologis. Karena berbeda penanganan pada anak dan orang dewasa," tuturnya.

Lebih lanjut Dyah mengatakan, diabetes tipe 1 biasanya lebih banyak terjadi pada anak, di mana terjadi kekurangan insulin dalam tubuh akibat rusaknya kelenjar pankreas oleh proses autoimun. Kerusakan pankreas umumnya baru menimbulkan gejala setelah kerusakan sel-sel pankreas mencapai 90 persen atau lebih.

"Inilah yang sering menyebabkan kasus-kasus diabetes pada anak sering terabaikan," katanya.

Gejala umum anak dengan diabetes tipe 1 biasanya sama dengan gejala DM pada orang dewasa. Anak menjadi sering buang air kecil, mengompol, cepat lapar, gampang haus, dan berat badan turun.

Dyah memaparkan, ada empat pilar penanganan DM tipe 1 pada anak. Pilar tersebut yaitu penyuntikan insulin, pengaturan makan, pemantauan gula darah dan edukasi. Oleh karena itu, penanganan diabetes tipe 1 pada anak memerlukan pendekatan yang komprehensif dari orang tua, dokter ahli dan psikiater.